Buscar

Labels

My Ummah "Sami Yusuf"



My ummah, my ummah
He will say

Rasulullah on that day
Even though we’ve strayed from him and his way



My brothers, my sisters, in Islam
Let’s struggle, work, and pray
If we are to
bring back the glory of his way



CHORUS:
Ya Allah ya rabbal ‘alamin
Ya rahmanu ya rahim
Ya Rabbi
(O Allah Lord of the Worlds
O Merciful and Beneficent
O my Lord)
Let the Ummah rise again




*CHORUS

Let us see daylight again
Once again





Let’s become whole again
Proud again
’Cause I swear with firm belief in our hearts
We can bring back the glory of our past



My ummah, my ummah
He will say
Rasulullah on that day
Even though we strayed from him and his way



Look at where we were
And look at where we are
And tell me
Is this how he’d want it to be?
Oh no! Let us bring back our glory

*CHORUS 2x


"Unforgettable Moment" Dialogue

Unforgettable Moment

KARIMA       : Morning guys
DILLA, DIANI, NOVA : Morning Karima
KARIMA      : How’re you girls?
DILLA, DIANI : I’m very good today =)
KARIMA       : How about you Nova?
NOVA           : I’m so so
DILLA          : I think I feel so bored this time. How if we share about our unforgettable          moment?
DIANI         : That’s a good idea. OK, let’s start from Dilla
DILLA          : I’ll tell you about my best moment. That’s happened when I went to                     Kakekbodo Waterfall
KARIMA      : And then?
DILLA          : Do you know? The monkey there took my sandals. I shouted, but nobody              helped me. Finally the monkey turned back my sandals
NOVA          : That’s so interesting Dilla. How about you Diani?
DIANI         : My unforgettable moment is when I was in a hotel in Blitar with the                    students of MANSDA. I was very happy, specially when I had a dinner              with my best friends. I felt the beauty of friendship, shared each other,            and we always had a lot of jokes
KARIMA      : Wow, I guess that you enjoyed that moment
DIANI         : Of course Karima! How about you Nova?
NOVA          : Me? OK,I’ll tell you. That’s happened when I was in Junior High School. I          and my friends followed ceremony, after that we had an idea, went to               WARNET. On the way, we met with 2 securities of Muslim boarding                 school. We had to give a permission letter to them, buy we didn’t have.               They gave us 2 options, wrote our names or bought a sack of cement. And           then we chose to wrote our names. Finally, they gave us a yellow card, and           we felt so afraid
DILLA         : It’s terrible Nova.. And the last, you Karima
KARIMA     : Yeah, this’s my favorite story. I and Vitry followed scout’s event, went to           Bromo. We had to climb from Nongkojajar until under of Bromo. I enjoyed         our trip when I took a rest in desert of Bromo, I saw about 10 falling               stars. Thanks to GOD, I could see the beauty view
DIANI        : That’s so great Karima
NOVA          : I’m sory guys, my mom asked me to go home now
KARIMA      : OK Nova, see you tomorrow

NOVA          : See you


Keajaiban Benda _+ 9 cm

Indonesia adalah negri seribu wajah, seribu musim, seribu pulau dan negri serba seribu...Indonesia juga surga bagi para " koruptor " surga juga bagi perokok, luar biasa ramah, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tidak merokok.


rakatalenta.com
Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok, Bahkan di Rumah Sakit Paru-paru ada yang merokok, Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
Di Masjid ada perokok, di POM bensinpun ada yang merokok, dibalik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.
Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok. hehe...hehe
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.
Rokok seperti telah menjadi dewa, diam-diam telah menguasai kita.



Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok.
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok, Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang pandai merokok, di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang Pandai merokok, di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang Pandai merokok...yang lagi baca juga merokok kali...Hehe...:)
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok, Rokok telah menjadi dewa, diam-diam menguasai kita.



Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya.
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i. Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan? Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan.



Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh kepala-kepala kecil yang berapi itu, yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk.
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba.
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya.

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi semua ini.



Label

SriMenTilLith

SriMenTilLith
My Group =)

Translate