*cerpen
Doni dan
Pesta Ba
ru
Seperti
biasa, setiap pagi kami menikmati sarapan sebelum belajar dengan kakak-kakak
pembimbing. Menu hari ini yaitu nasi goring dan telur dadar buatan Ibu Manik,
aku sangat menyukai masakan Ibu Manik. Ketika serunya kami bercanda di ruang
makan,tiba-tiba kami dikejutkan oleh teriakan seorang anak laki-laki, aku tidak
mengenali suara itu, aku memandang ke sekeliling meja jikalau ada satu anak
yang tidak ikut serta makan pagi bersama kami. Selaku anak tertua, aku diberi
amanat untuk menjaga adik-adik kecil ini.
“Siapa
yang menjerit itu?” tanyaku pada adik-adikku. Mereka semua menggeleng. Karena
suasana sudah tenang, aku melanjutkan sarapan. Setelah sarapan aku bergegas
menuju teras karena mendengar suara rebut. Ternyata di depan panti ada Ibu
Sukma dan seorang anak laki-laki yang sedang manangis. Ibu Sukma adalah ibu
yayasan yang sangat kami cintai, karena beliau membangun yayasan yatim piatu
dan mengurus kami, anak-anak yang tidak mempunyai orang tua. Tetapi jangan
salah, kami disini bagaikan satu keluarga yang tidak dapat terpisahkan.
Aku
mendatangi Ibu Sukma yang sedang menenangkan anak laki-laki kecil itu. “Permisi
bu”, aku mencium tangan Ibu Sukma. “Ini ada apa ya bu, kok anak kecil ini
menangis terus?” tanyaku. Anak itu menjerit, “Aku mau sama mama! Aku mau pulang
sama mama. Huhuhu.” Tangisan anak kecil itu mulai keras. Ibu Sukma yang sangat
sabar membelai kepala anak itu, tetapi tidak melepaskan pegangan tangannya
terhadap anak kecil itu. Aku sudah seringkali melihat keadaan seperti ini, anak
kecil yang menangis dan menjerit ingin bersama mama ataupun papanya. Ternyata
anak itu baru saja ditinggal mati oleh ibunya karena suatu kecelakaan, sehingga
anak kecil itu dititipkan di yayasan ini.
Sepertinya
saat ini anak kecil itu sudah lelah menangis, dia sedang bersama Ibu Sukma
menikmati es sirup di ruang tamu. Aku merasa kasihan saat melihat anak kecil
yang tidak mengerti apa-apa, lalu tiba-tiba berada di dalam yayasan ini. “Dino,
apakah kamu lapar nak? Ada nasi goring di dalam. Nanti ibu ambilkan.” Kata Ibu
Sukma. Anak itu menggeleng dengan lesu. Dia sejenak menatapku di depan pintu,
akupun tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya, lalu aku duduk di
sampingnya. “Halo ik manis, nama kamu Dino ya? Kamu mau main sama kakak dan
teman-teman disini?” tanyaku. Dia menatapku dengan pandangan sedih, dia berkata
“Aku sekarang ulang tahun, pasti mama ngasih aku kado. Aku mau ngundang
teman-temanku Rio, Bino, Resa, trus temen-temen yang lain.”. “Kamu tidak
mengundang kakak? Kakak dan teman-teman disini akan member kamu kado yang
banyak.” Aku tersenyum. Ibu Sukma yang mendengar percakapan kami, turut
tersenyum, lalu mengajak Dino ke tempat belajar, dimana adik-adikku sedang
belajar bersama kakak pembimbing.
“Dino
disini dulu ya, belajar bersama teman-teman dan kakak pembimbing. Anak-anakku,
ini teman baru kalian namanya Dino. Kakak Tito tolong ajari Dino menggambar
yang bagus ya.” Kata Ibu Sukma. “Pasti kakak ajari adik Dino dan adik-adik
semua bagaimana cara menggambar yang bagus!”. Kata Kak Tito dengan bersemangat,
tentu anak-anak panti turut bersemangat juga. Aku teringat pada ulang tahun
Dino, aku langsung menyiapkan ruangan dengan balon-balon, dibantu oleh Ibu
Sukma. Aku juga membelikan berbagai mainan dan buku untuk aku hadiahkan kepada
Dino. Ibu Manik membantu membuatkan kue ulang tahun untuk Dino, sesuai
permintaanku.
Setelah
semua persiapan sudah selesai, aku mengintip ke tempat belajar. Dino sudah
akrab dengan anak panti yang lainnya, mereka sedang bermain kata. Aku berkata
pada kakak pembimbing agar setelah pelajaran selesai, mereka berkumpul di
ruangan tengah karena ada acara. Kakak pembimbing mengiyakan, lalu masuk ke
dalam untuk melanjutkan pelajarannya.
Pada
pukul 1 siang, Kakak pembimbing berkata kepadaku bahwa pelajaran sudah selesai,
akupun mempersilahkan adik-adik untuk memasuki ruang tengah yang penuh dengan
balon-balon. Adik-adik panti merasa sangat senang saat memasuki ruangan tengah.
Dino yang merasa sedang ulang tahun,
langsung memelukku dan tersenyum lebar. Akupun menyuruhnya untuk berbaur dengan
teman-temannya yang lain, dan menikmati pestanya. Ibu Sukma memasuki ruang
tengah lalu memberikan sebuah kado kepada Dino. Spontan Dino lanhsung membuka
dan terkejut bahwa isi dari kado itu adalah tas Spiderman, tokoh kartun yang sangat
digemarinya. Aku bertanya-tanya bagaimana bisa Ibu Sukma menyukai kesukaan
Dino. Kulihat Dino bersorak-sorak dan memamerkantas barunya kepada
teman-temannya.
“Ibu
Sukma, ada yang ingin bertemu dengan Ibu, Ibu ditunggu di ruang tamu.” Kata Ibu
Manik.Ibu Sukma mengangguk lalu keluar menuju ruang tamu. Tak lama kemudian Ibu
Sukma masuk kembali ke ruang tengah, lalu berbisik kepada Dino. Dino menuruti
ajakan Ibu Sukma untuk keluar dari ruang tengahmenuju ruang tamu. Karena rasa
penasaranku, aku mengikuti mereka dan mengintip dari balik dinding. Disana ada
seorang lelaki 30 tahunan sedang duduk dan berbincang dengan Ibu Sukma. Ibu
Sukma berkata pada Dino, “Nak, ayahmu menjemputmu, beliau ingin mengajakmu
pulang.”. Tiba-tiba adik-adikku yang lain menggerombol dan berbisik-bisik di
belakangku, akupun terkejut dan menyuruh mereka diam. Dino melihat ke arah
kami, lalu berkata pada Ibu Sukma, “Aku tidak mempunyai ayah, mama bilang sejak
kecil aku tidak mempunyai ayah, ayah gak pernah peduli sama mama, sama aku! Aku
mau disini aja!”. Aku terenyuh mendengar pernyataan itu. Lelaki itupun berkata,
“Baiklah bu, sepertinya Dino menyukai tinggal disini, saya tidak bisa
memaksanya untuk ikut bersama saya. Mungkin saya yang salah karena telah
mengganggu pesta Dino. Ini Dino, hadiah untuk kamu.” Lelaki itu memberikan kado
kotak berbungkus gambar bola. Dino menerimanya, lalu lari ke arahku dan
teman-temannya. Dia merasa sangat bahagia, dan melanjutkan pestanya. Aku
bahagia sekali karena Dino tidak jadi pergi, dia anak yang sangat lucu dan
baik.
Lelaki
itu beranjak pergi dan menitipkan Dino dip anti asuhan ini.”Saya titipkan Dino
disini, jikalau ada keperluan atau ada hal-hal lain, Ibu bisa menelepon saya.
Saya juga akan sering datang kesini untuk memantau keadaan Dino.” “Baik pak,
kami senang bisa membantu anda, silahkan datang kapan saja kesini.” Kata Ibu
Sukma.Lelaki itupun menaiki mobilnya dan pergi.
- Sri’s Story -